Legenda Tanah Buton WA NDIU-NDIU
Dahulu kala hiduplah seorang wanita dengan dua orang anaknya, dia hanya tinggal bertiga karena suaminya telah tiada. Kedua anaknya diberi nama, sang kakak bernama La Nturungkoleo dan sang adik bernama La Mbata-mbata. Mereka hidup dalam kemiskinan, dan sangat memprihatinkan, untuk makan sehari-hari begitu susahnya, akan tetapi namanya seorang ibu tidak ingin melihat anaknya menderita dan mati kelaparan.
Si Ibu berusaha mati-matian untuk membahagiakan kedua putranya, karena di daerah kami seorang anak laki-laki mempunyai panggilan khusus yaitu dipanggil dengan awalan LA, misalnya LA ANDI, begitu pula dengan perempuan dipanggil dengan awalan WA misalnya WA ENI.
suatu hari kedua anaknya merintih ingin makan ikan, dan merengek pada ibunya untuk mencarikan ikan untuk mereka, maka si Ibu berangkatlah ke laut untuk mencari ikan, dan kepergiannya itu membuatnya untuk pergi dan tidak kembali lagi, konon si Ibu telah menjadi seekor duyung, yang dikenal dengan sebutan WA NDIU-NDIU, setiap hari kedua anak itu pergi ke pantai untuk menanti ibunya kembali pada mereka, akan tetapi takdir berkata lain ibunya telah pergi dan takkan pernah kembali, menyesalah kedua anaknya, gara-gara ingin makan ikan membuat ibunya pergi untuk selamanya, maka tinggalah mereka berdua sebatang kara di dunia ini.
Setiap kali kedua anak itu ketepi laut, mereka sering bernyanyi untuk menghibur diri mereka, dan berharap si Ibu mendengarkan dan mau kembali ke daratan, berikut penggalan lagunya :
“Wa Ina Wa ndiu-ndiu maipa susu andiku, andiku La Mbata-mbata, wa kaaku La Ntrungkoleo”
(Wahai mamaku si ikan duyung, marilah susuin adikku, adikku La mbata-mbata, kakakku La nturungkoleo)
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari penggalan cerita rakyat di atas, yaitu kita harus senatiasa berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama ibu, yang telah melahirkan dan merawat kita dengan penuh kasih sayang, dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Si Ibu berusaha mati-matian untuk membahagiakan kedua putranya, karena di daerah kami seorang anak laki-laki mempunyai panggilan khusus yaitu dipanggil dengan awalan LA, misalnya LA ANDI, begitu pula dengan perempuan dipanggil dengan awalan WA misalnya WA ENI.
suatu hari kedua anaknya merintih ingin makan ikan, dan merengek pada ibunya untuk mencarikan ikan untuk mereka, maka si Ibu berangkatlah ke laut untuk mencari ikan, dan kepergiannya itu membuatnya untuk pergi dan tidak kembali lagi, konon si Ibu telah menjadi seekor duyung, yang dikenal dengan sebutan WA NDIU-NDIU, setiap hari kedua anak itu pergi ke pantai untuk menanti ibunya kembali pada mereka, akan tetapi takdir berkata lain ibunya telah pergi dan takkan pernah kembali, menyesalah kedua anaknya, gara-gara ingin makan ikan membuat ibunya pergi untuk selamanya, maka tinggalah mereka berdua sebatang kara di dunia ini.
Setiap kali kedua anak itu ketepi laut, mereka sering bernyanyi untuk menghibur diri mereka, dan berharap si Ibu mendengarkan dan mau kembali ke daratan, berikut penggalan lagunya :
“Wa Ina Wa ndiu-ndiu maipa susu andiku, andiku La Mbata-mbata, wa kaaku La Ntrungkoleo”
(Wahai mamaku si ikan duyung, marilah susuin adikku, adikku La mbata-mbata, kakakku La nturungkoleo)
Semoga kita bisa mengambil hikmah dari penggalan cerita rakyat di atas, yaitu kita harus senatiasa berbakti kepada kedua orang tua kita, terutama ibu, yang telah melahirkan dan merawat kita dengan penuh kasih sayang, dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan oleh Yang Maha Kuasa.
Post a Comment for "Legenda Tanah Buton WA NDIU-NDIU"